Kisah Guru Honorer di Sukabumi, 33 Tahun Mengabdi dengan Honor Rp 350 Ribu

0

 


Pengabdian panjang seorang guru honorer di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kembali menjadi sorotan. Saryono (55), yang telah mengajar sejak 1992, hingga kini hanya menerima honor Rp 350.000 per bulan. Mirisnya, honor tersebut baru cair setiap tiga bulan sekali, bergantung pada pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).


“Kalau honorer dari sekolah sekarang itu cuma Rp 350 ribu setiap triwulan sekali, karena begitu keluar BOS baru ada honor,” ujar Saryono saat ditemui di rumahnya di Kampung Jaringao, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Senin (1/7/2025).


Mengabdi di Pelosok Sejak 1992


Saryono memulai kariernya sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tegal Panjang, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, pada tahun 1992. Saat itu, ia harus berjalan kaki menuju sekolah karena akses jalan yang sulit dan minimnya sarana transportasi.


“Dulu digaji dari iuran SPP masyarakat, sebulan hanya Rp 10 ribu. Tempatnya jauh dari kota, terisolir, dan sulit dijangkau,” kenangnya.


Kini, ia mengandalkan sepeda motor bekas yang dibeli tiga tahun lalu untuk menempuh perjalanan tujuh kilometer ke sekolah. Perjalanan tersebut memakan waktu sekitar 30 menit, dan kondisi jalan makin buruk ketika musim hujan tiba.


Menanggung Keluarga dengan Penghasilan Terbatas


Dengan honor yang hanya Rp 350 ribu setiap tiga bulan, Saryono harus menghidupi istri dan anak-anaknya, sekaligus merawat dua kakak ipar yang sudah lanjut usia. Untuk menambah penghasilan, ia menanam palawija serta membantu istrinya berdagang kecil-kecilan di rumah.


“Agar bisa menunjang seluruh anggota keluarga, saya bertani palawija. Supaya istri juga ada kegiatan, ya berdagang seadanya,” ujarnya.


Perjuangan Menjadi ASN yang Tak Kunjung Terwujud


Meski telah puluhan tahun mengabdi, Saryono belum pernah diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Ia sempat mengikuti seleksi Guru Bantu Sekolah (GBS) pada 2005 serta program sertifikasi, namun hasilnya belum sesuai harapan.


“Saya sudah beberapa kali ikut testing, baik GBS maupun sertifikasi. Tapi sampai sekarang belum juga diangkat jadi PNS,” kata Saryono.


Di usianya yang kini memasuki 55 tahun, Saryono hanya berharap pemerintah memberi perhatian lebih terhadap pengabdian panjangnya.


“Harapan saya kepada pemerintah, mohon dengan sangat agar bisa diangkat menjadi ASN, baik lewat PPPK atau PNS. Usia saya sudah lanjut, pengabdian sudah lama. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Tags:

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Out
Ok, Go it!