Dalam ilmu ekonomi internasional, teori keunggulan absolut dari Adam Smith dan teori keunggulan komparatif dari David Ricardo menjadi dasar penting dalam memahami perdagangan antarnegara. Kedua teori ini menjelaskan bagaimana negara dapat saling menguntungkan melalui spesialisasi dan perdagangan. Namun, teori tersebut dibangun atas sejumlah asumsi ideal yang sering kali tidak sesuai dengan kondisi dunia nyata. Artikel ini membahas asumsi-asumsi tersebut dan menjelaskan mengapa sebagian besar tidak lagi relevan dalam konteks ekonomi modern.
Asumsi-Asumsi dalam Teori Keunggulan Absolut dan Komparatif
1. Hanya Ada Dua Negara dan Dua Barang
Teori ini menganggap perdagangan hanya terjadi antara dua negara dan hanya melibatkan dua jenis barang.
-
Alasan tidak relevan:
Dunia nyata melibatkan ratusan negara dan ribuan jenis barang yang diperdagangkan. Kompleksitas ini membuat model dua negara-dua barang terlalu sederhana. -
Contoh:
Indonesia tidak hanya berdagang kopi dengan Jepang, tetapi juga minyak sawit, tekstil, elektronik, dan banyak komoditas lain dengan puluhan negara.
2. Tenaga Kerja sebagai Satu-Satunya Faktor Produksi
Asumsi ini menyatakan bahwa output hanya dihasilkan dari tenaga kerja, tanpa mempertimbangkan modal (mesin), teknologi, atau keterampilan.
-
Alasan tidak relevan:
Dunia nyata sangat bergantung pada teknologi, modal, pendidikan, dan inovasi, bukan hanya tenaga kerja. -
Contoh:
Produksi smartphone tidak mungkin dijelaskan hanya dengan tenaga kerja, karena teknologi dan modal memainkan peran dominan.
3. Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja Sama di Semua Industri dalam Suatu Negara
Model beranggapan bahwa tenaga kerja dapat berpindah sektor tanpa perubahan produktivitas.
-
Alasan tidak relevan:
Setiap industri membutuhkan keterampilan berbeda. -
Contoh:
Pekerja pertanian tidak bisa langsung bekerja dalam industri teknologi tinggi tanpa pelatihan tambahan.
4. Tidak Ada Biaya Transportasi
Teori berasumsi perdagangan bebas tanpa hambatan biaya pengiriman atau logistik.
-
Alasan tidak relevan:
Biaya transportasi memengaruhi harga barang secara signifikan. -
Contoh:
Ekspor komoditas berat seperti batu bara membutuhkan biaya logistik yang sangat besar sehingga memengaruhi daya saing harga.
5. Tidak Ada Hambatan Perdagangan (Tarif, Kuota, Regulasi)
Diasumsikan bahwa perdagangan berlangsung bebas tanpa intervensi negara.
-
Alasan tidak relevan:
Hampir semua negara menerapkan tarif, kuota, standar kualitas, dan regulasi untuk melindungi industri lokal. -
Contoh:
Uni Eropa menerapkan standar tinggi untuk produk pangan impor, sehingga tidak semua negara bisa masuk pasar tersebut dengan mudah.
6. Mobilitas Tenaga Kerja Tidak Antarnegara tetapi Bebas di Dalam Negara
Tenaga kerja dianggap tidak dapat berpindah antarnegara, tetapi bisa berpindah bebas dalam negeri.
-
Alasan tidak relevan:
Dalam kenyataannya, tenaga kerja antarnegara bisa berpindah, meski dengan regulasi ketat. Sementara di beberapa negara, perpindahan dalam negeri pun sering terhambat kebijakan regional. -
Contoh:
Banyak pekerja migran Indonesia bekerja di Arab Saudi, Malaysia, atau Hongkong.
7. Teknologi Diasumsikan Tetap dan Tidak Berubah
Model-kuantitas awal menganggap teknologi statis.
Alasan tidak relevan:- Teknologi berkembang sangat cepat dan mengubah struktur produksi dunia.
- Contoh:
Mengapa Asumsi-Asumsi Ini Tidak Relevan dengan Kondisi Sebenarnya?
a. Ekonomi Dunia Sangat Kompleks
Perdagangan internasional melibatkan interaksi yang sangat banyak dan dinamis, tidak sesederhana dua negara-dua barang.
b. Globalisasi dan Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi mengubah biaya produksi, meningkatkan mobilitas modal, serta menciptakan industri baru yang tidak diprediksi oleh teori klasik.
c. Kebijakan Proteksionis Masih Dominan
Banyak negara menerapkan proteksi untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik sehingga perdagangan tidak sepenuhnya bebas.
d. Faktor Produksi Beragam dan Tidak Homogen
Tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan teknologi saling terkait dan tidak bisa disederhanakan menjadi satu variabel produksi saja.
e. Perbedaan Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik
Tidak semua negara memiliki stabilitas politik, kualitas SDM, atau infrastruktur yang setara.
Contoh Ketidakrelevanan dalam Kehidupan Nyata
Contoh 1: Industri Tekstil Indonesia vs. Jepang
- Teori menyatakan Indonesia harus mengekspor tekstil karena biaya tenaga kerja rendah.
- Fakta: Jepang dapat mengalahkan Indonesia dalam kualitas karena teknologi tinggi, meskipun biaya tenaga kerja mereka mahal.
Contoh 2: Perdagangan Gandum antara Australia dan Indonesia
- Teori klasik mengabaikan biaya transportasi.
- Fakta: Import gandum dari Australia sangat dipengaruhi biaya pelayaran dan nilai tukar, bukan hanya produktivitas.
Contoh 3: Smartphone
-
Tidak bisa dijelaskan teori klasik karena melibatkan global value chain:
- Desain di AS
- Komponen dari Korea Selatan
- Perakitan di China
- Pasar global
- Faktor produksi yang kompleks meniadakan relevansi asumsi “tenaga kerja sebagai satu-satunya faktor”.
Penutup
Teori keunggulan absolut dan komparatif tetap penting sebagai dasar pemahaman perdagangan internasional. Namun, berbagai asumsi yang mendasarinya tidak sepenuhnya relevan dengan kondisi ekonomi global saat ini yang jauh lebih kompleks, dinamis, dan dipengaruhi faktor teknologi serta kebijakan perdagangan. Dengan memahami keterbatasan teori tersebut, pembuat kebijakan dan pelaku ekonomi dapat mengambil keputusan yang lebih realistis dan sesuai dengan tantangan global modern.
